PDM Kabupaten Rembang - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Rembang
.: Home > Berita > Sukidi, Doktor Baru Muhammadiyah Dari Harvard University

Homepage

Sukidi, Doktor Baru Muhammadiyah Dari Harvard University

Jum'at, 17-05-2019
Dibaca: 2592

Keterangan foto: Dari kiri: William A. Graham, Sukidi Mulyadi, Roy Muttahedeh, Ali Asani. (Kredit foto: Sukidi Mulyadi).

 

 

Oleh: Ulil Abshar Abdalla
 
 
Pagi ini, saya baru mendapat kabar gembira. Kawan saya, Sukidi Mulyadi, beberapa jam yang lalu berhasil mempertahankan disertasinya di Universitas Harvard.
 
Kawan saya yang berasal dari Sragen ini mempunyai gaya yang sangat nJawani, sangat "low profile", ndak mau kelihatan menonjol. Dan ini terjadi dalam ujian disertasi yang ia jalani hari ini.
 
Saking tak mau satu orang pun mengetahui peristiwa ini, Sukidi tak memberi tahu siapapun bahwa dia akan menghadapi peristiwa terpenting dalam karir kersarjanaan seorang mahasiswa PhD. Dia tak memberi siapapun tentang ujian ini, termasuk isterinya sendiri.
 
Sukidi masuk ke ruang ujian, berhadapan dengan tiga "towering figures", sarjana raksasa dalam studi Islam, sendirian. Dua jam dia diuji oleh mereka. Saya adalah orang pertama yang dia beri kabar, begitu ujian selesai. Saya tak kuasa menitikkan air mata. Saya tahu perjuangan Sukidi untuk sampai ke titik final-akademis ini tak mudah, penuh lika-liku, berdarah-darah.
 
Sukidi meraih doktor di bidang kajian Islam. Dia menempuh program doktoral di bawah payung dua departemen: Committee of the Study of Religion dan NELC (Near Eastern Languages and Civilization). Dia mempertahankan disertasi yang berjudul: "The Gradual Qur'an: Views of Early Muslim Commentators." 
 
Ada tiga sarjana besar dalam studi Islam yang menguji Sukidi.
 
Pertama, Prof. William A. Graham, sarjana ahli Islam yang dikenal melalui karya klasiknya, "Beyond the Written Word: Oral Aspects of Scripture in the History of Religion" (1987). Kedua, Prof. Roy Muttahedeh, sarjana ahli Iran yang dikenal melalui karyanya, "The Mantle of the Prophet" (2000). Ketiga, Prof. Ali Asani, sarjana asal Kenya, keturunan India, yang ahli dalam kajian tentang Ismailiyyah.
 
Kawan-kawan yang mendalami kajian Islam di Barat akan tahu bahwa tiga sarjana ini adalah "towering figures", sosok yang menjulang dalam kajian Islam di Amerika. 
 
Sukidi Mulyadi dikenal sebagai kolumnis Kompas yang menulis pada tahun 90an tentang tema dialog antar-agama dan spiritualitas. Dia adalah kader Muhammadiyah. Hingga sekarang, dia masih bertahan untuk tidak punya akun apapun di medsos, baik twitter, facebook atau instagram. 
 
Selamat, kawan. Saya bangga sekali atas prestasi akademik yang luar biasa ini. Saya ingin memberikan selamat kepada isterinya Sukidi, Mbak Uum Humaerah.
 
Mbak Uum dikenal sebagai pembikin sambel paling enak di seluruh kota Boston. Siapapun yang pernah mampir di rumah Sukidi di kawasan Sommerville, Massachussetts, pasti pernah merasakan kelezatan sambal-nya Mbak Uum.
 
 
Cc. Ienas Tsuroiya Ismail Fajrie Alatas Mun'im Sirry  Achmad Tohe Joas Adiprasetya Sumanto Al Qurtuby Jajang Jahroni Saiful Umam Achmad Munjid Elly Purnamasari
 
 
sumber tulisan: Whatsapp
 
 
 
 

Sukidi, Doktor Baru Muhammadiyah Dari Harvard University

Rabu 15 May 2019 14:33 WIB

Red: Muhammad Subarkah

Universitas Harvard Amerika.
Universitas Harvard Amerika   |    Foto: Google.com
 
 
Sukidi Mulyadi aktivis Muhammadiyah lulus doktor dari Harvard University

 

Oleh: Andar Nubowo, Aktivis Muhammadiyah dan Reseach Fellowship di S Rajaratnam School of Internasional Studies, Singapura 

 

Hari ini saya mendapat kabar gembira bahwa kawan sekaligus senior saya di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan Persyarikatan Muhammadiyah, Sukidi Mulyadi, baru saja berhasil mempertahankan ujian doktoralnya di Universitas Harvard Amerika Serikat. Ia melewatinya setelah belasan tahun bertapa di perguruan swasta terbaik di dunia itu. Saya dan tentunya kami, kaum muda dan warga Muhammadiyah berbahagia sekali dengan kabar ini. Seperti berkah indah di bulan Ramadlan.

 

Kisah Sukidi adalah narasi keuletan, kegigihan, dan ketekunan tak kenal lelah dan putus-asa. Berasal dari Tanon Sragen Jawa Tengah, dengan susah payah, berdarah dan berlika-liku, kini Sukidi Mulyadi ---penulis prolifik artikel di media nasional dan internasional serta beberapa buku populer, ia telah menaklukkan mitos keangkeran akademik Harvard. Ia telah membuktikan diri bahwa persistensi mimpi dan cita-cita itu tak boleh luruh di depan altar-altar kampus yang menjulang tinggi dan angkuh serta para profesor yang kadang terasa "tinggi hati". Ia mengalami itu dengan narasi besar seorang begawan-pejuang: "rawe-rawe rantas malang-malang putung".

 

Ketika saya masih mengeja diktat-diktat kuliah, Sukidi memberi inspirasi dan membakar gairah intelektualitas. Ia --pada saat itu, bagai obor muda bagi tunas-tunas lain yang tengah bertumbuh dalam gelap. Jika tidak salah, ia mengawali studi politik di Ohio Amerika Serikat pada 2003, kemudian mengambil S2 lagi di Harvard pada 2004, dan seterusnya selama kurang lebih belasan tahun menempuh S3 di kampus yang sama.

 

Saya ingat, penggalan waktu sekitar 2007-2008, Sukidi rajin beli buku-buku bahasa Arab yang ditulis para pemikir Islam seperti Nasr Hamid Abu Zayd, Hasan Hanafi dan lainnya. Mengingat di Paris, buku-buku tersebut mudah dijumpai, akhirnya ia meminta tolong saya untuk membelikan dan mengirimkannya ke sana. Saat itu, ia pernah bilang ayuk nulis bareng (co-authoring) suatu hari. Semoga ajakan itu suatu saat terwujud. Dari hasil perburuan buku-buku Arab-nya itu, sejurus kemudian ia mengirimkan tulisannya yang terbit di sebuah jurnal bergengsi tentang Nasr Hamid Abu Zayd.

 

Saya mengucapkan selamat atas pencapaian Dr Sukidi Mulyadi dan Mbak Uum Humaerah atas prestasi ini. Sukidi adalah sedikit orang -- meminjam istilah Robert Hefner (Bob) Hefner pada saya saat di Jogja dan Paris sepuluh tahun lalu, mahasiswa Indonesia yang berhasil "beradaptasi" dengan iklim dan kultur akademik Harvard yang "angker". Ya, Hefner sempat merespon balik tulisan Sukidi di Kompas dalam sebuah tanggapan yang serius dan panjang tentang Muhammadiyah sebagai gerakan Protestantisme Etik. Hefner mengapresiasi Sukidi tanpa basa-basi.

 

Sukidi, lagi-lagi, menggubah sebuah narasi ketekunan, keuletan dan kegigihan dengan indah. Kemarin, anak Tanon dan aktivis Ciputat ini dengan tanpa diketahui oleh siapapun termasuk istrinya-- berhasil mempertahankan disertasinya tentang "The Gradual Qur'an: Views of Early Muslim Commentators." Narasi itu menginspirasi, saya terutama, dan tentunya anak-anak muda yang sekarang tengah menempuh jalan pedang yang tajam nan sunyi dalam karir akademik dan intelektual. Semoga, saya beruntung dapat segera menapaki jalan indah kesuksesan ini.

 

Selamat Bro! Welcome back to Indonesia soon..

 

sumber tulisan: republika.co.id


Tags: Sukidi Doktor Baru Muhammadiyah Dari Harvard University
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Dunia Akademik



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website